Kisah
nyata dari seseorang yang dalam episode hidupnya sempat ia lewati dalam
penjara. Bermula dari hal yang sepele. Lelaki itu kehabisan odol
dipenjara. Malam itu adalah malam terakhir bagi odol diatas sikat
giginya. Tidak ada sedikitpun odol yang tersisa untuk esok hari. Dan ini
jelas-jelas sangat menyebalkan. Istri yang telat berkunjung, anak-anak
yang melupakannya dan diabaikan oleh para sahabat, muncul menjadi
kambing hitam yang sangat menjengkelkan. Sekonyong-konyong lelaki itu
merasa sendirian, bahkan lebih dari itu : tidak
berharga ! Tertutup bayangan hitam yang kian membesar dan menelan
dirinya itu, tiba-tiba saja pikiran nakal dan iseng muncul. Bagaimana
jika ia meminta odol pada TUHAN ?
Berdoa untuk sebuah kesembuhan sudah berkali-kali kita dengar
mendapatkan jawaban dari-NYA . Meminta dibukakan jalan keluar dari
setumpuk permasalahanpun bukan suatu yang asing bagi kita. Begitu pula
dengan doa-doa kepada orang tua yang telah berpulang, terdengar sangat
gagah untuk diucapkan. Tetapi meminta odol kepada Sang Pencipta jutaan
bintang gemintang dan ribuan galaksi, tentunya harus dipikirkan
berulang-ulang kali sebelum diutarakan. Sesuatu yang sepele dan mungkin
tidak pada tempatnya. Tetapi apa daya, tidak punya odol untuk esok hari
–entah sampai berapa hari- menjengkelkan hatinya amat sangat. Amat tidak
penting bagi orang lain, tetapi sangat penting bagi dirinya.
Maka dengan tekad bulat dan hati yang dikuat-kuatkan dari rasa malu,
lelaki itu memutuskan untuk mengucapkan doa yang ia sendiri anggap gila
itu. Ia berdiri ragu-ragu dipojok ruangan sel penjara, dalam temaram
cahaya, sehingga tidak akan ada orang yang mengamati apa yang ia
lakukan. Kemudian dengan cepat, bibirnya berbisik : “TUHAN, Kau
mengetahuinya aku sangat membutuhkan benda itu”. Doa selesai. Wajah
lelaki itu tampak memerah. Terlalu malu bibirnya mengucapkan kata amin.
Dan peristiwa itu berlalu demikian cepat, hingga lebih mirip dengan
seseorang yang berludah ditempat tersembunyi. Tetapi walaupun demikian
ia tidak dapat begitu saja melupakan insiden tersebut. Sore hari
diucapkan, permintaan itu menggelisahkannya hingga malam menjelang
tidur. Akhirnya, lelaki itu –walau dengan bersusah payah- mampu
melupakan doa sekaligus odolnya itu.
Tepat tengah malam, ia terjaga oleh sebuah keributan besar dikamar selnya.
“Saya tidak bersalah Pak !!!”, teriak seorang lelaki gemuk dengan
buntalan tas besar dipundak, dipaksa petugas masuk kekamarnya,” Demi
TUHAN Pak !!! Saya tidak salah !!! Tolong Pak…Saya jangan dimasukin
kesini Paaaaaaaaak. .!!!”
Sejenak ruangan penjara itu gaduh oleh teriakan ketakutan dari ‘tamu baru’ itu.
“Diam !!”, bentak sang petugas,”Semua orang yang masuk keruangan penjara
selalu meneriakkan hal yang sama !! Jangan harap kami bisa tertipu
!!!!”
“Tapi Pak…Sssa..”
Brrrraaaaang !!!!
Pintu kamar itu pun dikunci dengan kasar. Petugas itu meninggalkan
lelaki gemuk dan buntalan besarnya itu yang masih menangis ketakutan.
Karena iba, lelaki penghuni penjara itupun menghampiri teman barunya.
Menghibur sebisanya dan menenangkan hati lelaki gemuk itu. Akhirnya
tangisan mereda, dan karena lelah dan rasa kantuk mereka berdua pun
kembali tertidur pulas.
Pagi harinya, lelaki penghuni penjara itu terbangun karena kaget. Kali
ini karena bunyi tiang besi yang sengaja dibunyikan oleh petugas. Ia
terbangun dan menemukan dirinyanya berada sendirian dalam sel penjara.
Lho mana Si Gemuk, pikirnya. Apa tadi malam aku bemimpi ? Ah masa iya,
mimpi itu begitu nyata ?? Aku yakin ia disini tadi malam.
“Dia bilang itu buat kamu !!”, kata petugas sambil menunjuk ke buntalan
tas dipojok ruangan. Lelaki itu segera menoleh dan segera menemukan
benda yang dimaksudkan oleh petugas. Serta merta ia tahu bahwa dirinya
tidak sedang bermimpi.
“Sekarang dia dimana Pak ?”, tanyanya heran.
“Ooh..dia sudah kami bebaskan, dini hari tadi…biasa salah tangkap !”,
jawab petugas itu enteng, ”saking senangnya orang itu bilang tas dan
segala isinya itu buat kamu”.
Petugas pun ngeloyor pergi.
Lelaki itu masih ternganga beberapa saat, lalu segera berlari kepojok
ruangan sekedar ingin memeriksa tas yang ditinggalkan Si Gemuk untuknya.
Tiba-tiba saja lututnya terasa lemas. Tak sanggup ia berdiri.
“Ya..TUHAAANNN !!!!”, laki-laki itu mengerang. Ia tersungkur dipojok
ruangan, dengan tangan gemetar dan wajah basah oleh air mata. Lelaki itu
bersujud disana, dalam kegelapan sambil menangis tersedu-sedu.
Disampingnya tergeletak tas yang tampak terbuka dan beberapa isinya
berhamburan keluar. Dan tampaklah lima kotak odol, sebuah sikat gigi
baru, dua buah sabun mandi, tiga botol sampo, dan beberapa helai pakaian
sehari-hari.
Kisah tersebut sungguh-sunguh kisah nyata. Sungguh-sungguh pernah
terjadi. Dan aku mendengarnya langsung dari orang yang mengalami hal
itu. Semoga semua ini dapat menjadi tambahan bekal ketika kita
meneruskan berjalan menempuh kehidupan kita masing-masing. Jadi suatu
ketika, saat kita merasa jalan dihadapan kita seolah terputus. Sementara
harapan seakan menguap diganti deru ketakutan, kebimbangan dan putus
asa.
Pada saat seperti itu ada baiknya kita mengingat sungguh-sungguh bahkan
Odol pun akan dikirimkan oleh Surga bagi siapapun yang membutuhkannya.
Apalagi jika kita meminta sesuatu yang mulia. Sesuatu yang memuliakan
harkat manusia dan IA yang menciptakan mereka.
Seperti kata seorang bijak dalam sebuah buku : “Seandainya saja engkau
mengetahui betapa dirimu dicintai-NYA, hati mu akan berpesta pora setiap
saat”.
*** Abuna, betapa aku bersyukur TUHAN membuat kau pernah mengalami itu ***
what a wonderfull world !
0 komentar:
¿DKomentar / 'Odol' Dari Surga